PSK

Ia tak butuh klimaks. Ia hanya menyediakan tubuhnya bagi klimaks beberapa lelaki yang datang dari kalangan tukang becak, sopir angkot, buruh bangunan dan mahasiswa. Klimaks seorang wanita butuh waktu lebih lama dan bilik berdinding terpal di dekat tembok yang memisahan pemukiman warga dengan lokasi rel sepur itu hampir tidak menyediakan kemungkinan bagi klimaks seorang perempuan yang dalam genjotan seorang lelaki paruh baya masih memikirkan uang makan dan uang sekolah anaknya.

Iwan Fals dalam lagunya Doa Pengobral Dosa memberi kesan seorang PSK yang resah. Resah bukan karena dosa, ia mungkin lupa bahwa dalam masyarakat beragama, apa yang dilakukannya disepakati sebagai perbuatan berdosa. Ia resah justru karena rasa kemanusiaannya yang mendalam terhadap individu yang lain yang bukan dirinya yang disebutnya sebagai “anak-anakku”. Dalam doanya, ia tak memohon pengampunan dosa, ia memohon sesuatu yang sederhana yaitu “setetes rejeki”.

PSK di dalam bilik yang gelap itu, pada akhirnya adalah agen kemanusiaan. Memberi dirinya bagi orang lain lebih dari yang dapat dilakukan oleh kebanyakan orang lain. Ia dihujat karena aksi kemanusiaannya. Ia memang tak pandai menjawab hujatan, ia lebih pandai membuka lebar-lebar pahanya di dalam bilik gelap dan dingin ketimbang membuka mulutnya untuk menempik hujatan. Ah, PSK. Ia tak hanya membikin bernafsu. Ia membikin kagum.

Rafa’El Loiss

Komentar

Postingan Populer