Tak bisa menulis
Pagi ini aku ingin menulis namun tak ada inspirasi. Sebuah album
lagu dangdut kumainkan di media player namun justru membangkitkan
perasaan tidak nyaman, entah karena suara gendangnya atau pesan dalam liriknya
yang tak bisa kuterima. Lalu sebuah video dokumenter produksi Metro TV dalam
program Melawan Lupa dengan judul Supersemar dalam Catatan CIA dimainkan
di media yang sama olehku, tapi perasaanku masih tetap sama. Upaya terakhir
yang kulakukan adalah memainkan album yang berisi kumpulan lagu Malaysia dan
nah, kali ini sedikit membantu. Musik membuat perbedaan pagi ini. Aku hanya
perlu beberapa debit kopi lagi untuk membuat pagi ini terasa sempurna. Namun, alunan
lagu Malaysia itu bukanlah alasan bagi inspirasi bagi tulisan ini atau semacam
daya dorong bagi naskah ini.
Tak ada inspirasi. Perasaanku jadi lebih baik akhirnya, namun
apa yang hendak kutulis masih belum terpikirkan hingga akhirnya aku memulai
dengan mendeskripsikan situasiku pagi ini. Aku menulis tentang situasiku yang
tak bisa menulis karena tak ada inspirasi. Menulis tentang keadaanku yang
sedang tidak bisa menulis karena tak ada inspirasi menjagaku dari kondisi tanpa
menulis. Kondisi tanpa menulis tidak baik bagi seorang pemuda yang sejak remaja
berkeinginan jadi penulis.
Aku memang berkeinginan jadi penulis dan karenanya aku suka
berkoar-koar dulunya bahwa aku suka menulis pada siapa saja. Aku selalu merasa sejiwa
dengan para penulis dan dengan bangga mengatakan bahwa aku suka menulis. Tapi
suatu ketika kalimat pendek seorang penulis menampar dan membungkam aku.
Katanya seseorang yang mengaku suka menulis harus membuktikan dirinya dengan
menulis. Menulis waktu itu terasa berat bagiku. Aku tak terbiasa melakukannya.
Butuh kopi bergelas-gelas untuk menyelesaikan satu atau dua paragraf. Lebih
sering aktifitas menulisku berakhir pada dua paragraf yang tidak sinkron antara
satu dengan yang lain.
Aku lupa sejak kapan semuanya perlahan berubah. Aku menyadari
perubahan itu. Aku jadi lebih suka menulis. Menulis apa saja termasuk keadaan
tak bisa menulis, aku menuliskannya juga.
Rafa’El Loiss

Komentar
Posting Komentar